Peristiwa

Sempat Ditemukan Cemaran Amonia, PDAM Bojonegoro Tetap Pakai Air Bengawan Solo

Bojonegoro (beritajatim.com) – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bojonegoro masih menggunakan Sungai Bengawan Solo untuk pasokan air baku kebutuhan masyarakat. Meski sebelumnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menemukan adanya cemaran amonia.

Untuk memastikan cemaran limbah kimia tersebut terjadi atau tidak, PDAM Bojonegoro telah melakukan uji laboratorium di Kecamatan Padangan. Hasilnya, air Sungai Bengawan Solo masih aman dikonsumsi

“Untuk air Bengawan Solo masih aman, kemarin hasil labnya sudah keluar,” ujar Direktur PDAM Bojonegoro, M Khoirul Anwar, Selasa (2/8/2022).

Khoirul menerangkan pihaknya secara rutin melakukan uji laboratorium kandungan air yang ada di sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut. Khususnya pada ruas sungai yang masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro.

Baca Juga:  Polisi Anggap Musibah Pemain U-13 Bojonegoro Tersambar Petir

“PDAM Bojonegoro secara rutin melakukan uji lab dan hasilnya aman,” tambahnya.

Kepala Bagian Teknik PDAM Bojonegoro, Karmanto menerangkan, sebelum diambil untuk bahan baku air sungai dipastikan aman diolah. Dari hasil laboratorium di Padangan, kandungan amonia maksimal baku mutu sebesar 1,5 mg/L dan saat diuji, kandungannya hanya 0,1 mg/L.

“Artinya amonia masih jauh dan dipastikan air aman digunakan atau diolah. Saya harap saat dikonsumsi sebaiknya harus diolah atau direbus dulu,” imbuhnya.

Untuk diketahui, PDAM Bojonegoro sendiri saat ini selain mengambil dari sumber mata air, untuk memenuhi kebutuhan air baku masih menggunakan Sungai Bengawan Solo. Ada lima titik pompa untuk mengambil kebutuhan air baku dari Bengawan Solo.

“Kami berharap masyarakat terutama yang menjadi pelanggan PDAM tidak resah, karena air PDAM yang diambil dari Bengawan Solo masih layak digunakan,” pungkasnya.

Sebelumnya diketahui, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro menemukan adanya pencemaran air Sungai Bengawan Solo wilayah Kabupaten Bojonegoro tercemar bahan kimia amonia.

Tercemarnya air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu terjadi saat musim kemarau. DLH Kabupaten Bojonegoro menduga pencemaran air sungai dari senyawa unsur nitrogen dan hidrogen itu berasal dari kawasan hulu. [lus/beq]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks

Komentar

Form komentar ditutup