Gabriel Omar Batistuta: Predator yang Alergi Klub Besar
Gabriel Batistuta sesat setelah negaranya Argentina menjadi juara Piala Dunia 2022 Qatar-Foto AFP
Gabriel Batistuta sesat setelah negaranya Argentina menjadi juara Piala Dunia 2022 Qatar-Foto AFP

Soccertainment

Gabriel Omar Batistuta: Predator yang Alergi Klub Besar

Friko Simanjuntak • 26 Maret 2024 10:25
Jakarta: Gabriel Omar Batistuta atau dikenal dengan julukan Batigol adalah seorang pemain sepak bola Argentina yang banyak menghabiskan karier sepak bolanya di klub Liga Italia Serie A Fiorentina. Dia adalah tipe pemain yang unik karena, meski tergolong salah satu pemain sepak bola top dunia, ia hampir tidak pernah bermain di klub besar.
 
Profil Gabriel Batistuta
 
Gabriel Batistuta lahir di Santa Fe, Argentina, pada 1 Februari 1969 dari keluarga sederhana. Ayahnya Omar Batistuta adalah pekerja rumah jagal, sedangkan ibunya Gloria Zilli bekerja sebagai sekretaris sekolah. Batistuta adalah seorang anak yang unik. Ia lahir di sebuah peternakan di kawasan Avellanada, dengan 3 saudari perempuan dan ia dikenal anak mama karena lelaki satu-satunya di keluarga.<
Pada awalnya sepak bola tidak berarti apa-apa bagi Batistuta. Pada masa kecilnya, dia lebih menyukai bola basket dan bahkan berkuda. Dia sebenarnya cukup luar biasa dalam hal itu. Saat berkuda, dia bahkan bisa berdiri di atas kuda dan melakukan jungkir balik di atasnya.
 
Tetapi seperti kebanyakan anak laki laki Amerika Selatan, tidak ada yang bisa menghindari sepak bola. Awal perkenalan Batigol pada sepak bola terjadi pada tahun 1978 ketika dia tengah menonton TV dan kebetulan Piala Dunia sedang berlangsung. Striker legendaris Argentina Mario Kempes adalah inspirasinya. Aksi heroik Mario Kempes saat membawa Argentina keluar sebagai juara dunia menghipnotisnya. Sejak saat itu, Batistuta jatuh cinta pada sepak bola dan bermimpi jadi juara dunia.
 
Karier Sepak Bola Gabriel Batistuta
 
Sejak usia 9 tahun, mulai rajin bermain sepak bola dan mengasah kemampuannya di jalan-jalan kota Argentina, sampai akhirnya pada usia 17 ia direkrut Newell Old Boys. Namun, ia harus berjuang keras untuk bisa membuktikan bahwa ia memiliki potensi sebagai pemain kelas dunia.
 
Ia harus berjuang melawan kelebihan berat badan dan merasa kesepian meninggalkan keluarganya dan tinggal di sebuah ruangan kecil di dalam stadion. Kariernya di Newell Old Boys dan River Plate pun tidak bisa dianggap spesial karena ia hanya masing-masing menjalani satu musim di klub tersebut, meski ia membantu Newell jadi runner-up dan juara Liga Argentina bersama River Plate.
 
Karier sepak bola Batistuta baru menanjak saat ia berbung dengan Boca Juniors pada 1990 di bawah asuhan Oscar Tabarez. Di musim perdananya, Batigol sukses mengemas 13 gol dari 34 laga dan mencatatkan namanya sebagai topskorer. Kariernya makin meroket usai membawa Argentina juara Copa America 1991 dengan raihan Sepatu Emas.
 
Gelar Copa America membawa Batistuta jadi salah satu pemain paling diminati, tak hanya di benua Amerika, tapi juga klub-klub elite Eropa. Namun,  terlepas dari semua ketertarikan itu, Batistuta secara mengejutkan memilih Fiorentina, klub yang hanya finis di peringkat 12 Liga Italia Serie A musim 1990/1991.
Gabriel Omar Batistuta: Predator yang Alergi Klub Besar
Karier Batistuta di Fiorentina tidak berjalan mulus. Kendati ia hampir selalu masuk dalam daftar topskorer liga, ia tak mampu menyelamatkan Fiorentina dari jurang degradasi pada 1992/1993.
 
Hasil ini membuat para penggemar Fiorentina panik. Mereka takut ditinggalkan Batistuta yang kala itu dilirik klub besar seperti AC Milan, Real Madrid, Liverpool dan Manchester United. Akan tetapi, sekali lagi Batigol membuat keputusan mengejutkan. Ia memilih setia bersama Fiorentina dan membawa klub berjuluk La Viola langsung promosi ke Serie A pada 1993/1994, dan terus mengabdikan dirinya selama sembilan tahun dengan catatan 168 gol dari 269 penampilan.
 
Kendati gagal membawa Fiorentina merebut scudetto - hanya Coppa Italia & Piala Super Italia 1996-, namun sosok Batigol tetap berada di hati fans La Viola, terutama terkait kesetiaannya.
 
Cetak Rekor di AS Roma
 
Setiap ada perjumpaan selalu ada perpisahan. Inilah fakta yang harus dihadapi fans Viola. Pemain yang mereka elu-elukan selama 9 tahun akhirnya harus menanggalkan jersey ungu-nya. Pada 2000, Batistuta akhirnya pergi dan bergabung ke Ibukota bersama AS Roma.
 
Batigol bergabung dengan Roma dengan mahar 36 juta euro yang saat itu memecahkan rekor pemain termahal dunia untuk pemain yang berusia di atas 30 tahun. Di sana ia mencapai apa yang gagal ia capai selama sembilan tahun tinggal di Fiorentina: memenangkan kejuaraan Serie A (scudetto ) di musim pertamanya bersama Roma, yang ia kontribusikan dengan mencetak 20 gol. Dengan tim barunya ia juga akan mendapatkan Piala Super Italia dan julukan lainnya, “El Rey Leon” atau “Raja Singa”.
 
Batigol bertahan tiga musim di Roma dan sebelum menutup karier sepak bolanya pada 2004, ia sempat dipinjamkan ke Inter Milan dan direkrut klub Qatar, Al Arabi pada 2003/2004 dengan catatan 25 gol dari 21 laga.
 
Secara umum, berdasarkan beberapa paparan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Gabriel Batistuta bukanlah pemain yang memiliki karier dan prestasi gemilang seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Namun, bagi para penggemar sepak bola di era 90an, Batistuta adalah salah satu pemain ikonik yang aksi-aksinya sangat membekas dalam memori; terutama tendangan geledeknya dan selebrasi "menembak" yang jadi ciri khasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(RIZ)




LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif