Melihat Kembali Jejak Juang Sang Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara - Kompasiana.com
Rijal Bahri Lumban Gaol
Rijal Bahri Lumban Gaol Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Adab yang berabad-abad

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melihat Kembali Jejak Juang Sang Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara

20 April 2024   02:09 Diperbarui: 20 April 2024   02:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: KABARBARU.NET

Ki Hajar Dewantara, sebuah nama yang menarik yang merupakan nama unsur budaya Jawa. Ki Hajar Dewantara sendiri memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat beliau lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ketika berbicara tentang sejarah hidup Sang Maestro Ki Hajar Dewantara, pasti sangat erat dengan Pendidikan Indonesia. Beliau sendiri merupakan Bapak Pendidikan Indonesia yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Kembali ke latarbelakang beliau hingga bisa menjadi seorang legenda dinegeri ini tentu tidak luput dari yang namanya perjuangan, pengorbanan dan kesetiaan kepada bangsa. 

Dalam buku yang ditulis oleh; Darsiti Soeratman yang berjudul Ki Hajar Dewantara yang diterbitkan pada tahun 1989. Dalam bukunya penulis menceritakan perjalanan panjang sang legenda. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan menjadi salah satu penentu baik buruknya pendidikan suatu negara. 

Dia mengakulkulasikan pendidikan yang baik itu tergolong dalam 3 pusat, yaitu: Alam lingkungan/keluarga, alam perguruan dan alam pemuda. Sehingga dari ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena memiliki kesenambungan yang sama. Ki Hajar Dewantara mendefenisikan ketiga pusat pendidikan tersebut, yakni: Alam Keluarga menjadi tekpat untuk melatih dan mendidik budi pekerti dan perilaku sosial kemudian Alam Perguruan mengajarkan tentang kecerdasan ilmu dan pengetahuan serta Alam Pemuda ialah langkah untuk mewujudkan kecerdasan, pengetahuan dan nilai luhur. Sehingga ke-3 pusat pendidikan ini saling mengayomi dan saling diayomi tiap-tiap pusat pendidikan. 

Ki Hajar Dewantara sendiri pada waktu mudanya dipanggil dengan nama R.M. Suwardi Suryaningrat, dia sendiri merupakan keturunan dari Sri Paku Alam III yang merupakan petinggi dari orang jawa. 

Sebuah sarana pendidikan pertama yang didirikan beliau ialah Taman Siswa yang didirikan pertama kali di Yogyakarta 3 Juli 1922. Ia lahir untuk menuju Indonesia Merdeka, Taman Siswa dijadikan sebagai wadah untuk tempat pejuang yang yang berjiwa nasional, dimana pergerakan ini menggunakan budaya sebagai pengikat dan sebagai dasar perjuangannya. 

Dia beranggapan bahwa Guru, pendidik memiliki 2 motto hidup, yaitu mengajar dan mendidik. Mengajar yang berarti memberi ilmu dan menuntun gerak pikiran anak didik untuk melatih kemampuan dan kecakapan anak didik. Sedangkan mendidik diartikan sebagai menuntun budi pekerti anak didik supaya kelak menjadi pribadi yang memiliki adab, nilai, moral dan etika yang baik.

Lewat perjuangan panjang Sang Maestro yang cukup panjang selama hidupnya, ternyata perjuangannya terhadap kemajuan pendidikan indonesia sangat dirasakan bangsa indonesia saat ini. Meski kadang kala pendidikan saat ini belum begitu jelas apa arah yang mau dituju oleh pendidikan bangsa ini. Akan tetapi Ki Hajar Dewantara mengatakan, bahwa dasar pendidikan berasal dari keluarga. Sehingga jika keluarga sudah baik maka proses belajar mengajar pun akan terasa lebih baik. 

Oleh karena itu timbul semboyan yang dicetus Ki Hajar Dewantara yaitu: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani".


Ing ngarsa sung tulada, artinya dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik. Ia dapat diartikan: sebagai seorang pemimpin, harus memiliki sikap serta perilaku yang patut untuk menjadi di contoh oleh pengikutnya.

Ing madya mangun karsa, artinya dari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide. Ia dapat diartikan sebagai: seorang pemimpin juga harus bisa berada di tengah-tengah untuk dapat membangkitkan atau membentuk niat para pengikutnya untuk terus maju dan melakukan inovasi.

Tut wuri handayani, artinya dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberi arahan. Ia dapat diartikan sebagai: seorang pemimpin jika berada di belakang harus dapat memberikan motivasi serta dorongan untuk semangat kerja bagi para pengikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun