Niat Puasa Syawal 6 Hari setelah Idul Fitri, Harus Berturut-turut?
Niat Puasa Syawal 6 Hari setelah Idul Fitri, Harus Berturut-turut?

Niat Puasa Syawal 6 Hari setelah Idul Fitri, Harus Berturut-turut?

Alvin Setiawan - detikHikmah
Rabu, 17 Apr 2024 19:15 WIB
Ilustrasi Buka Puasa
Ilustrasi niat puasa Syawal. (Foto: Shutterstock)
Jakarta -

Setelah sebulan penuh berpuasa Ramadan, muslim dapat lanjut berpuasa Syawal. Puasa Syawal dapat dilakukan selama 6 hari setelah Idul Fitri. Sebelum itu, muslim wajib tahu niat puasa Syawal serta tata caranya.

Dijelaskan pada sebuah hadits, bagi mereka yang berpuasa Syawal 6 hari setelah Idul Fitri akan mendapatkan pahala layaknya berpuasa satu tahun penuh. Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Barang siapa berpuasa Ramadan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun." (HR Muslim)

Puasa Syawal baru dapat dimulai pada hari ke-2 bulan Syawal setelah Idul Fitri. Pasalnya, umat Islam dilarang untuk berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) serta hari Tasyrik (11,12,13 Dzulhijjah).

ADVERTISEMENT

Niat Puasa Syawal 6 Hari

Sebelum melaksanakan puasa Syawal, muslim dapat membaca niatnya terlebih dahulu. Dikutip dari buku Kedahsyatan Puasa oleh M. Syukron Maksum, berikut ini adalah niat puasa Syawal:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnatis Syawwâli lillâhi ta'âlâ

Artinya: "Aku niat puasa besok pagi pada bulan Syawal, sunah karena Allah Ta'ala."

Apakah Puasa Syawal Harus Dilakukan Secara Berturut-turut?

Tidak ada dalil yang menyebutkan secara pasti kapan waktu harus mengerjakan puasa enam hari pada bulan Syawal. Meski begitu, puasa sunah ini tetap bisa dilaksanakan kapan saja selama masih berada di bulan Syawal.

Menurut buku 165 Kebiasaan Nabi SAW karya Abduh Zulfidar Akaha, puasa Syawal dapat dikerjakan mulai hari kedua Syawal berturut-turut hingga hari ketujuh.

Muslim dianjurkan untuk berpuasa Syawal secara berurutan sebagaimana dijelaskan dalam buku 'Apakah Amalan Kita Diterima Allah SWT?' karya Alexander Zulkarnaen. Hal ini dipedomani oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muslim.

"Para ulama mazhab Syafi'i mengatakan bahwa paling afdal atau utama melakukan puasa Syawal secara berturut-turut, sehari setelah sholat Idul Fitri. Namun, jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadan," demikian keteranganya.

Untuk itu, Haris Priyatna dan Lisdya Rahayu dalam buku bertajuk Amalan Pembuka Rezeki menjelaskan, berpuasa Syawal secara berturut-turut tidaklah wajib. Dengan demikian, puasa Syawal dapat dikerjakan selama enam hari secara terpisah.

Apakah Boleh Puasa Syawal Digabung Puasa Senin Kamis?

Dilansir Kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu oleh Wahbah az-Zuhaili terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani menerangkan apabila seseorang menggabungkan dua niat ibadah berbeda tetapi sama-sama sunah, maka keduanya tetap sah. Misalnya, seperti berniat untuk salat sunah fajar dan salat sunah tahiyatul masjid.

Namun, adanya pandangan lain apabila ibadah yang hukumnya fardhu digabung dengan sunah. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan, apabila hal tersebut dilakukan maka yang sah hanyalah niat ibadah fardhu, sedangkan niat ibadah sunah tidak sah.

Abu Yusuf mencontohkan dalam hal ini dengan puasa qadha Ramadan dengan Senin Kamis. Dengan begitu, bagi muslim yang masih punya utang puasa Ramadan sebaiknya membayar qadha tersebut kemudian mengerjakan puasa sunah seperti puasa Syawal.

Syekh Ibnu Hajar al-Haitami berpendapat lain dengan membolehkannya dan sama-sama memperoleh kedua pahala ibadah tersebut. Senada dengan pendapat tersebut, Imam Ramli dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin terjemahan Masturi Irham dan Malik Supar menyatakan pahala ibadah-ibadah wajib dan sunah dapat diperoleh meskipun tidak disertai niat bagi orang yang mengerjakannya.

Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sebagaimana dikutip dari Syekh Mahmud Al-Mishri dalam Mausu'ah min Akhlaq Rasulullah SAW terjemahan Abdul Amin mengatakan ketaatan tergantung pada niat dapat menentukan keshahihan dan pelipatgandaan keutamaannya.

Wallahu a'lam.



Simak Video "Konten Tebak-tebakan Hewan Bisa Ngaji Bawa Galih Loss Masuk Jeruji"
[Gambas:Video 20detik]
(rah/rah)