18 Oktober Hari Bersatu Sedunia Melawan Perundungan: Sejarah dan Cara Memperingatinya!

Kompas TV pendidikan edukasi

18 Oktober Hari Bersatu Sedunia Melawan Perundungan: Sejarah dan Cara Memperingatinya!

Kompas.tv - 18 Oktober 2023, 11:00 WIB
18-oktober-hari-bersatu-sedunia-melawan-perundungan-sejarah-dan-cara-memperingatinya
Ilustrasi Orang-orang yang Berdamai dan Bersatu (Sumber: Jcomp on Freepik)
Penulis : Almarani Anantar | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS TV - Hari Bersatu Sedunia atau Unity Day, adalah peristiwa istimewa yang datang setiap tahun pada Rabu ketiga atau keempat di bulan Oktober. Tahun ini, kita merayakan Hari Bersatu tepat pada tanggal 18 Oktober, tepat pada hari ini Rabu (18/10).

Hari Bersatu Sedunia adalah acara utama dalam National Bullying Prevention Month yang juga dirayakan sepanjang bulan Oktober.

Banyak kampanye anti-perundungan, di antaranya Hari Bersatu Sedunia yang diorganisir selama bulan Oktober. Pesan kunci dari bulan ini dan hari ini adalah bersatu demi kebaikan, keberanian, dan inklusi, untuk mencegah anak-anak dari perundungan.

Dikutip dari laman National Today, berikut ini adalah sejarah hingga pentingnya memperingati Hari Bersatu Sedunia.

Sejarah Hari Bersatu Sedunia

Perundungan bukanlah fenomena yang terbatas pada budaya atau peradaban tertentu, dan bukan hanya milik manusia.

Bahkan faktanya, hewan juga menunjukkan perilaku perundungan. Perilaku ini telah ada sejak zaman pemburu-pengumpul mengembara di Bumi dan masih terlalu umum di seluruh dunia saat ini.

Perundungan memiliki dampak yang sama di seluruh dunia. Sebuah studi internasional telah membuktikan bahwa perundungan umum terjadi di seluruh dunia, dan dampaknya sangat merugikan.

Tidak ada budaya tertentu yang dapat disalahkan sebagai pencipta perilaku perundungan ini. Kemungkinan, perilaku memaksa, mengintimidasi, atau menyakiti orang lain adalah hasil evolusi. Manusia purba harus bersaing untuk bertahan, dan sikap ini masih bertahan hingga saat ini.

Mengenai motivasi di balik perilaku perundungan ini, para ilmuwan telah melakukan berbagai studi. Namun, studi-studi tersebut bersifat sporadis hingga dilakukannya studi oleh Dan Olweus pada tahun 1978.

Olweus memfokuskan penelitiannya kepada anak-anak sekolah dan perilaku perundungan yang terang-terangan. Ia menggambarkan perundungan sebagai "kerusakan fisik" tanpa mencakup berbagai bentuk perundungan tidak langsung.

Penelitian Olweus membentuk dasar kuat bagi penelitian lebih lanjut oleh pendidik, psikolog, sosiolog, dan ahli kriminologi tentang fenomena perundungan.

Baca Juga: Waspada! Berikut Dampak Bullying pada Pelaku, Korban, Maupun Saksi, Menurut Kemdikbud



Sumber : National Today


BERITA LAINNYA



Close Ads x