John Lennon dan berbagai mitos tentang sosoknya, dari nelayan hingga pimpinan Partai Buruh

  • David Barnett
  • BBC Culture
John Lennon

Sumber gambar, Getty Images

Usia kematian John Lenon kini setara umur kehidupannya di bumi. Empat puluh tahun lalu dia ditembak saat berada di anak tangga apartemen Dakota di New York, Amerika Serikat.

Sejak kematiannya, sebagaimana para musikus yang mati muda saat sedang di puncak kesuksesan, sosok Lennon menjadi legenda.

Namun pernyataan itu barangkali tidak seluruhnya tepat atau setidaknya tidak mencerminkan kisah utuh tentang Lennon.

Selain mendapat status legenda, yang mungkin tak lagi bermakna karena terminologi ini disematkan ke banyak orang, Lennon juga menjadi sosok yang samar.

Kisah hidupnya dianggap cerita rakyat, bahkan sebuah mitos.

John Lennon

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, John Lennon difoto di rumahnya, di Berkshire, Inggris, tahun 1971.

Status legenda diberikan kepada orang yang dianggap pahlawan. Sementara itu, cakupan mitos lebih besar dari itu. Mitos biasa disematkan untuk dewa.

Dan John Lennon memang telah mencapai semacam keabadian yang nyata. Titik itu dia raih berkat kepribadiannya dalam karya fiksi dan drama.

Sosok Lennon berkelindan dari pengangguran hingga pemimpin Partai Buruh di Inggris. Dia juga digambarkan sebagai nelayan tua yang bijak hingga dewa musik psikedelik yang sebenarnya.

Melalui berbagai citra itu, kehidupan Lennon dibuat menjadi roman dan ditulis ulang sampai titik di mana mitos tentangnya sering kali lebih nyata ketimbang sosok aslinya.

Namun lebih nyata tidak selalu berarti lebih benar. Dan imajinasi ulang John Lennon memang dimulai segera setelah kehidupannya berakhir.

Orang suci yang salah dimengerti

"Segera setelah kematiannya, sungguh hanya dalam beberapa jam, Lennon digambarkan sebagai sosok yang benar-benar suci dan bersih, tidak sesuai dengan kepribadian dan selera humornya atau teman-temannya di The Beatles," kata Rob Sheffield.

Rob adalah penulis di majalah Rolling Stone. Tahun 2017 dia menerbitkan buku berjudul Dreaming The Beatles.

"Saya selalu sependapat dengan apa yang dikatakan Paul Mccartney pada tahun 1980-an, 'Sejak kematiannya, John Lennon menjadi Martin Luther Lennon'," kata Rob.

John Lennon

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, John Lennon meminta maaf kepada publik setelah mengeluarkan pernyataan kontroversial bahwa grup musiknya lebih populer ketimbang Yesus Kristus, Agustus 1969.
Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Tanpa komando apapun, apartemen Dakota diserbu para penggemar Lenon pada hari-hari setelah kematiannya. Tempat itu berubah menjadi lautan bunga dan pesan duka.

Ratusan orang mengheningkan cipta di tangga gedung Lincoln Memorial di Washington DC. Stasiun radio setempat tidak memutar apa pun kecuali lagu karya Lennon dan Beatles selama berhari-hari.

Toko musik menjual habis album Double Fantasy, hasil duet Lennon dan pasangannya, Yoko Ono.

Sementara di belahan dunia lain, seremoni 'beautifikasi orang suci' yang sama juga bergulir.

Beberapa hari setelah kematian Lennon, sebuah mural muncul di jalan tersembunyi di kota Praha, Cekoslowakia. Gambar dinding serupa terus bermunculan selama bertahun-tahun setelahnya dan menjadi semacam kuil untuk penggemar Lennon.

Meskipun ada upaya untuk menghapusnya atau menutupinya, mural-mural itu sekarang menjadi objek wisata utama di Praha. Lokasi itu menjadi perhentian reguler banyak tur wisata berpemandu di ibukota Ceko itu.

John Lennon

Sumber gambar, Getty Images/Max Scheler - K & K

Keterangan gambar, John Lennon saat rekaman video musik "A Hard Day's Night" sekitar tahun 1960-an.

"Dapat dimengerti bahwa pada awal-awal kedukaan, banyak orang ingin melihat sosoknya sebagai orang suci, tapi itu adalah klaim terakhir yang dibuat Lennon untuk dirinya sendiri," kata Rob Sheffield.

"Di dunia musik Lennon adalah orang yang paling bermulut pedas, sarkastik, dengan kecerdasan yang membuat orang terluka. Dengan mudah hal-hal itu membuatnya dilihat sebagai orang yang optimis dengan pikiran sederhana," tuturnya.

Lennon jelas bukan orang suci dalam imajinasi apa pun. Pada 2015, sebuah dokumen hukum berisi pernyataan dari Dorothy Jarlett, muncul ke publik.

Jarlett adalah asisten rumah tangga Lennon saat dia masih terikat pernikahan dengan istri pertamanya, Cynthia.

Dalam dokumen itu, Lennon digambarkan sebagai seorang pemikir yang agresif dan kerap bersikap kasar kepada putranya, Julian.

Dalam sebuah wawancara dengan Playboy, yang diterbitkan dua hari sebelum dia meninggal, Lennon mengakui, "Saya dulu kejam pada pasangan saya, dan secara fisik kepada perempuan mana pun."

"Saya adalah orang yang gemar memukul. Jika saya tidak bisa mengekspresikan perasaan, saya akan memukul," kata Lennon.

John Lennon

Sumber gambar, Bettmann/Getty Images

Namun gambaran tentang Lennon itu jarang kita lihat dalam budaya populer.

Dalam film fiksi berjudul Yesterday, karya sutradara Danny Boyle yang dirilis tahun 2019, penulis lagu bernama Jack Malik terbangun setelah mengalami kecelakaan di dunia di mana The Beatles tidak pernah ada.

Setelah meraup ketenaran karena membawakan lagu-lagu klasik yang tidak pernah didengar oleh siapa pun dalam realitas alternatif itu, Malik akhirnya mencoba menjalani gaya hidup Lennon.

Malik memulai kehidupan sederhana di sebuah gubuk. Dia memiliki perahu yang dia beri nama Imagine.

Kehidupan baru Malik itu jauh dari sorotan yang tidak pernah menyinari dirinya. Dan dia gemar membagikan pesan kebajikan.

Citra Lennon yang dikejar Malik dalam film itu berbeda dengan citra yang digambarkan Rob Sheffield.

John Lennon

Sumber gambar, Hulton Archive/Getty Images

Keterangan gambar, John Lennon bersama istri pertamanya, Cynthia.

"Bisakah Anda bayangkan John mengemudikan perahunya sendiri?" ujar Rob.

"Atau Lennon bangun jam empat pagi untuk memancing? John tidak pernah berhenti mengeluh karena harus bangun jam 8 pagi untuk sesi rekaman Get Back, bahwa yang harus dia lakukan hanya mencolokkan gitar.

"Bagaimana John bisa tinggal sendirian di gubuk itu, tanpa asisten atau sopir? Dia tidak bisa memasak, tidak bisa menyetir, tidak bisa memperbaiki apa pun di rumah."

"Seperti yang dikatakan George Martin, 'John tidak bisa mengganti bola lampu.' Dia tidak akan bisa bertahan seminggu sebagai nelayan. Dia akan tertawa terbahak-bahak melihat film itu," kata Rob.

Fiksi Lennon yang spekulatif

Mungkin penggambaran serupa yang lebih memuaskan dapat Anda temukan dalam novel karya Ian MacLeod tahun 2013, Snodgrass.

Dalam novel itu, Lennon digambarkan berusia 50 tahun, sebagai sosok pengangguran dan pecundang yang berantakan.

Seperti film Yesterday, ini adalah kisah dengan sejumlah kisah pengandaian. Cerita utamanya tentang Lennon yang keluar dari The Beatles pada tahun 1962. Alasannya, Lennon berkeras ingin lagu Love Me Do menjadi sebagai lagu debut mereka (seperti yang mereka lakukan dalam kenyataan), tapi rekan-rekannya memilih lagu lain.

Namun, dalam visi MacLeod, ini bukan hanya soal Lennon melihat kehidupan yang mungkin saja dia jalani. Sebaliknya, The Beatles yang tidak pernah mencapai ketenaran seperti dalam kehidupan nyata serta pengaruh dan peran integral Lennon dalam band.

Novel Snodgrass kemudian diadaptasi menjadi serial televisi. Naskahnya ditulis mantan jurnalis NME yang sekarang beralih menjadi novelis dan penulis skenario, David Quantick.

"Yang menarik menjadi penulis Snodgrass adalah pekerjaan itu membebaskan Anda dari semua cerita klise tentang John Lennon," kata David.

"Anda dapat melakukan apa yang Anda suka dengannya. Tidak ada status legenda resmi The Beatles yang harus Anda sesuaikan," ujarnya.

Pada tahun 2002, David Quantick juga menulis buku berjudul Revolution, yang sangat mendalami album The Beatles, White Album.

John Lennon

Sumber gambar, Mirrorpix/Getty Images

Keterangan gambar, John Lennon mengunjungi New York dalam rangkaian tur pertama The Beatles di Amerika Serikat tahun 1964.

"Citra The Beatles dikaburkan dari waktu ke waktu. Lennon disebut laki-laki pecinta perdamaian yang sedikit nakal. Padahal dia sama sekali tidak seperti itu," kata David.

"Lennon memiliki masa kecil yang cukup mengerikan dan kehidupan yang sangat membingungkan.

"Dia mengkonsumsi narkoba dan alkohol dengan cukup bebas dan dia awalnya adalah orang tua dan suami yang sangat buruk.

"Tapi kontradiksi masif inilah yang membuatnya menarik, bukan gagasan keliru bahwa dia adalah ayah yang dingin, cinta damai, dan gemar membuat roti. Lennon adalah pria yang kejam tapi cinta damai," tutur David.

"Lennon adalah orang kaya yang mengajak kita membayangkan hidup tanpa harta benda. Dia selalu digambarkan sebagai pahlawan kelas pekerja tapi dia tumbuh dewasa di rumah dan lingkungan yang agak bagus.

"Dan semua kontradiksi itulah yang menurut saya membuat Lennon menarik. Bukan fakta bahwa dia adalah beberapa karakter yang dibuat-buat, yang tidak pernah melakukan kesalahan apa pun. "

Snodgrass menampilkan aktor asal Liverpool, Ian Hart, yang berperan sebagai Lennon. Ini adalah ketiga kalinya dia memerankan Lennon.

Yang pertama, Hart tampil pada film Backbeat keluaran tahun 1994. Film ini mengisahkan perjalanan awal The Beattles dan berfokus pada hubungan antara Lennon dan Stuart Sutcliffe, bassis asli band itu, yang belakangan memutuskan mundur untuk mengejar kecintaannya pada seni.

Stuart meninggal secara tragis di usia muda pada tahun 1962, saat berusia 21 tahun, karena pendarahan otak.

Hart juga memerankan Lennon dalam film yang dirilis tahun 1991, The Hours and the Days. Film ini tidak menampilkan versi lain Lennon, melainkan berspekulasi tentang sosoknya dalam dunia nyata.

John Lennon

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Peringatan kematian John Lennon digelar di New York tahun 2000.

Dalam film ini, sang sutradara mengeksplorasi apa yang mungkin terjadi ketika Lennon dan manajer The Beatles, Brian Epstein menghabiskan akhir pekan di Barcelona pada tahun 1963.

Salah satu bagian film itu bertutur tentang kisah cinta terlarang yang lembut antara Lennon dan Epstein. Tapi apakah cerita itu didasarkan pada kenyataan?

Dalam sebuah wawancara tahun 2015, Yoko Ono menyebut bahwa Lennon mengangap biseksualitas sebagai sesuatu yang alami.

Lennon sendiri pernah berkata, hubungannya dengan Epstein hampir seperti hubungan cinta, walau tidak sepenuhnya.

"Hubungan itu tidak pernah terwujud," kata Lennon.

John Lennon

Sumber gambar, Keystone/Getty Images

Keterangan gambar, John Lennon dan istrinya, Yoko Ono, di Hotel Hilton, Amsterdam, Belanda, Maret 1969.

Novel karangan Kevin Barry yang terbit tahun 2015, berjudul Beatlebone, menapaki kisah spekulatif yang serupa. Novel ini merujuk perjalanan nyata Lennon ke pantai Barat Irlandia pada tahun 1978.

Namun cerita itu menjadi fiksi dengan cerita bahwa Lennon menjalani terapi dengan cara berteriak untuk "melupakan dirinya sendiri".

Latar cerita Beatlebone berjarak dua tahun sebelum kematian Lennon. Rob Sheffield berkata, premis dalam novel itu secara emosional meyakinkan, bahwa Lennon saat itu mungkin harus melupakan banyak hal.

"Tema wawancara terakhir Lennon adalah seberapa keras dia berjuang, dalam kehidupan dewasanya, untuk menghilangkan kebencian terhadap perempuan dan untuk mempelajari cara menjadi laki-laki dewasa yang terjebak misogini," kata Rob.

"Lennon tidak mencoba memaafkan perilakunya di masa lalu. Dia berusaha memahaminya agar bisa meninggalkan melupakan pengalaman itu.

"Lennon membicarakan ini di depan umum sehingga anak laki-laki seperti saya bisa mengerti bahwa kami tidak perlu tumbuh dewasa membuat kesalahan yang sama seperti dia.

"Saya masih kecil ketika Lennon meninggal, tapi dia adalah satu-satunya laki-laki dewasa yang saya lihat berbicara secara terbuka tentang feminisme. Itu alasan besar mengapa saya mengagumi Lennon," kata Rob Sheffield.

John Lennon

Sumber gambar, Hulton Archive/Getty Images

Keterangan gambar, John Lennon dan Yoko Ono menunjukkan poster kampanye penolakan Perang Vietnam, Desember 1969.

Yang lebih mendekati peristiwa faktual dan yang paling terkenal di antara berbagai narasi tentang Lennon adalah film Sam Taylor-Wood tahun 2009, berjudul Nowhere Boy.

Film ini mengisahkan kehidupan muda Lennon dan hubungannya dengan ibunya, Julia serta bibinya, Mimi.

Seperti sarjana yang penasaran dengan masa kecil Buddha, kita ingin memahami bagaimana Lennon menjadi laki-laki dewasa.

Namun ada juga penggambaran alami tentang proses itu, yang menampilkan Lennon sebelum terpapar ketenaran.

Penggambaran itu memungkinkan pekerja kreatif memasukkan gagasan mereka sendiri tentang apa yang seharusnya dilakukan atau seharusnya menjadi John Lennon.

Lennon sebagai sosok fantasi

Tidak semua penggambaran Lennon dalam karangan fiksi bertujuan untuk menguji kehidupannya jika tetap bersama atau tanpa The Beatles.

Dalam novel Anno Dracula karangan Kim Newman, dengan latar cerita bangsawan vampir yang menikahi Ratu Victoria dan makhluk gaib hidup secara terbuka bersama manusia, Lennon dikisahkan menjadi pimpinan Partai Buruh.

Lennon bahkan dapat ditemukan di buku komik Marvel, lewat karakter John The Skrull, alien yang dapat berubah bentuk. Cerita ini diciptakan Paul Cornell, yang secara rutin menggunakan sosok Lennon.

Dua cerita tadi mengedepankan aspek berbeda dari kepribadian Lennon yang beraneka segi.

Dalam karangan Newman, Lennon benar-benar berubah menjadi inkarnasi pamungkas lagunya tahun 1970, Working Class Hero.

Sementara itu, Paul Cornell berkata, dia "menginginkan pahlawan super yang tidak selalu membantu dan malah mundur serta mengeluarkan komentar sarkastik. Lennon kemungkinan besar akan melakukan itu. "

John Lennon

Sumber gambar, Mirrorpix/Getty Images

Keterangan gambar, John Lennon dan guru spiritual asal India, Maharishi Mahesh Yogi, di kawasan utara Wales, Agustus 1967.

Itu bukan satu-satunya eksistensi Lennon dalam komik.

The Invisibles, bagian dari serial Vertigo tahun 1990-an karya penulis asal Skotlandia, Grant Morrison, menampilkan Lennon sebagai budaya pop yang sebenarnya. Dia dimanifestasikan seperti dewa (barangkali sebagai dewa Hindu Ganesh).

Komik itu juga kembali ke masa ketika sosok protagonis asal Liverpool, Dane McGowan, melihat Lennon membahas Sutcliffe yang akan mundur dari The Beatles.

"Morrison membuat poin menarik bahwa Lennon sebenarnya telah menjadi karakter mistis," kata David Quantick.

Lennon mencapai tingkat di mana orang-orang menggunakan dirinya dalam ritual sihir karena penilaian mereka terhadapnya.

Itu juga bukan pertama kalinya Morrison mereferensikan dampak Lennon pada jiwa kolektif umat manusia.

Dalam komiknya tahun 1990, St Swithin's Day, seorang pemuda yang tidak puas dikisahkan bersiap untuk membunuh Margaret Thatcher.

Pemuda itu membeli salinan The Catcher In the Rye karangan JD Salinger lalu menyembunyikannya di sakunya korbannya, seperti yang dilakukan pembunuh Lennon, Mark Chapman.

Pada akhirnya, karakter itu membuang bukunya. Sang pengarang tidak ingin plotnya dianalisis secara berlebihan.

John Lennon

Sumber gambar, Max Scheler - K & K/Getty Images

Keterangan gambar, Ringo Starr, Paul McCartney, John Lennon dan Norman Rossington sekitar tahun 1960-an.

Pertanyaannya, apakah mitos Lennon berdampak terhadap anggota The Beatles yang masih hidup? Menurut Rob Sheffield, itu merugikan Paul McCartney, Ringo Starr, dan George Harrison.

"Berbagai anggapan terhadap sosok Lennon meremehkan tiga anggota The Beatles lainnya karena merekalah yang tahu dan mencintai John Lennon yang sebenarnya," katanya.

"Setelah kematian Lennon, orang-orang melampiaskan kesedihan mereka kepada Paul dengan cara yang sangat kejam dan tidak adil.

"Tidak ada yang memiliki kata-kata yang baik untuk Paul selama bertahun-tahun setelah itu, dan itu terjadi hanya karena orang-orang ingin menjadikan Lennon sebagai orang suci," kata Rob Sheffield.

Dapat dimaklumi, rekan band Lennon dan komunitas pop yang lebih luas memberikan tribut musik kepadanya beberapa dekade setelah kematiannya.

Sebagian besar tribut itu berisi renungan tentang kehilangan teman dan bakat hebat, bukan penggambaran sosok Lennon atau sejenisnya.

George Harrison melakukan itu lewat lagu All That Years Ago pada tahun 1981, dan McCartney dengan Here Today setahun kemudian.

Bob Dylan bernyanyi tentang kematian Lennon di Roll On John tahun 2012, sementara Elton John, teman dekat Lennon, merekam lagu Empty Garden (Hey Hey Johnny) pada tahun 1982.

Entah sebagai orang suci, dewa, atau orang tua yang sederhana, penggambaran Lennon dalam budaya populer yang jauh dari realitas yang terjadi.

Tapi, kata David Quantick, semua itu mungkin tidak sebanding dengan romantisme terbesar John Lennon, yaitu dirinya sendiri.

"Lennon adalah seorang ahli mitologi diri," ujarnya.

"Lihat lagu The Beatles yang berjudul The Ballad of John and Yoko. Pada dasarnya Lennon menulis legendanya sendiri, sebuah wasiat versinya.

"Lennon terobsesi pada diri sendiri sampai pada tingkat yang luar biasa. Dia secara masif menjadi mitologi bagi dirinya sendiri. Jadi tidak mengherankan jika orang lain melakukan itu terhadapnya."

---

Artikel ini pertama kali tayang di BBC Culture dalam judul How John Lennon was made into a myth.