Beeberapa waktu lali di Kutai Barat, Kalimantan Timur, terjadi peristiwa tragis pembunuhan seorang gadis Dayak berusia 20 tahun oleh seorang pemuda Madura. Seperti menggali luka lama yang belum sembuh, kasus ini menghidupkan kembali luka dari sejarah perang Dayak melawan Madura beberapa tahun yang lalu. Selain itu, latar belakang motif pembunuhan ini juga muncul sebagai penolakan korban terhadap tindakan pelaku untuk berhubungan badan.
Dampak berita ini juga dirasakan oleh warga net yang mengikuti kasus ini melalui media online, mereka merasa cemas. Kekhawatiran akan munculnya kembali tragedi berdarah seperti yang pernah terjadi di Sampit pada tahun 2001 menjadi perhatian utama. Sebagai informasi, hubungan antara Suku Dayak dan Madura memang telah lama terjalin dengan ketegangan. Pada tanggal 18 Februari 2001, Sampit, Kotawaringin Timur menjadi tempat pembantaian orang-orang Madura oleh suku Dayak, mengakibatkan korban jiwa mencapai 500 orang.
Penyebab konflik antara kedua kelompok etnis ini sebenarnya belum dapat diidentifikasi dengan pasti. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pemicunya bisa jadi bermula dari kasus pencurian ayam, perselisihan antara remaja dari dua etnis yang berbeda, ketidaksetaraan sosial, serta beragam faktor lainnya. Berdasarkan berbagai pendapat ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa tragedi kerusuhan di Sampit sebenarnya dipicu oleh masalah-masalah yang sepele, namun sayangnya, terus berulang dan tidak kunjung berhenti.
Konflik Sebelum Tragedi Sampit
Jauh sebelum tragedi Sampit, banyak benturan kedua suku yang memupuk dendam hingga puncaknya tumpah pada peristiwa 18-21 Februari 2001.
- 1972 di Palangka Raya, gadis Dayak diperkosa oleh pemuda Madura.
- 1982, seorang masyarakat Dayak dibunuh, tidak ada penyelesaian.
- 1983 di Kasongan, satu orang warga Dayak dikeroyok 30 orang Madura.
- 1996 di Palangka Raya, gadis Dayak diperkosa dan dibunuh di bioskop.
- 1997 di Barito Selatan, dua orang Dayak dikeroyok 40 orang Madura.
- 1997 di Tumbang Samba, anak laki-laki Dayak dibunuh orang Madura.
- 1998 di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok empat orang Madura.
- 1999 di Palangka Raya, petugas keamanan Dayak dibacok.
- 1999 di Palangka Raya, pengeroyokan orang Dayak oleh orang Madura.
- 1999 di Pangkut, perkelahian massal antara Dayak dan Madura.
- 1999 di Tumbang Samba, suami-istri Dayak ditikam tiga orang Madura.
- 2000 di Pangkut, satu keluarga Dayak dibantai orang Madura.
- 2000 di Kasongan, seorang Suku Dayak dibunuh orang Madura.
- 2001 di Sampit, TRAGEDI SAMPIT, pembantaian orang Madura.
Sebagian besar kerusuhan yang dilakukan oleh oknum-oknum Madura di Kalimantan tidak diselesaikan secara tuntas oleh hukum adat atau negara sehingga memupuk rasa kecewa orang-orang Dayak. Puncaknya, meletus Tragedi Sampit pada 18-21 Februari 2001 saat Suku Dayak menuntut balas terhadap perlakuan buruk Suku Madura selama di tanah lelehur mereka.
Pembalasan Suku Dayak sungguh keji, orang-orang Madura di Sampit dibantai dengan dipenggal kepala, dibakar, dan ditusuk. Kepala-kepala yang terpisah bahkan diarak, diseret keliling Sampit. Tidak ada pihak kepolisian yang berani menghentikan kekejaman itu. Tercatat terdapat sebanyak 500 orang Madura tewas,dan lebih dari 100.000 mengungsi.
Tragedi Sampit pun meluas hingga lingkup provinsi, menyebar hingga ke Kualakayan yang berjarak 100 Km dari utara Sampit, serta Palangkaraya. Para pejuang Dayak mengkampanyekan pembersihan etnis Madura dari seantero Kalimantan Tengah sampai ke ujung jalan raya trans Kalimantan sampai ke Kuala Kapuas di tenggara, dan Pangkalanbun di sebelah barat.