Mana yang Benar, Pantekosta atau Pentakosta? - Cahaya Manado

Mana yang Benar, Pantekosta atau Pentakosta?


Oleh Jeffry Pay

Di saat umat Kristen merayakan Hari Pentakosta yang diidentikkan dengan Hari ketuangan atau pencurahan Roh Kudus, muncul pertanyaan, manakah istilah yang benar, Pantekosta atau Pentakosta?

Masalahnya saat ini sudah lama ada golongan gereja yang memiliki nama Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Sementara ada juga nama Gereja Gerakan Pentakosta (GGP).

Dalam Alkitab terjemahan baru saat ini, yang dibaca dan ditemukan adalah istilah atau kata Pentakosta. Istilah ini bisa dibaca dalam kitab Kisah Para Rasul 2:1.

Di Wikipedia disebutkan, Pentakosta atau Pantekosta (dari Yunani: Πεντηκοστή [ἡμέρα], Pentēkostē [hēmera], “[hari] kelima-puluh”), juga disebut sebagai Minggu Putih, adalah hari raya Kristiani yang memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para rasul di Yerusalem, yang terjadi 49 hari setelah (atau hari ke-50 pada masa) Paskah. Pada hari Pentakosta atau Pantekosta, Roh Kudus dicurahkan sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sesudah kenaikannya ke surga. Menurut Alkitab, murid-murid Yesus berhasil mempertobatkan tiga ribu jiwa pada hari tersebut dan hal inilah yang disebut dengan lahirnya gereja mula-mula (Sumber: kitab Kisah Para Rasul pasal ke-2). Sebelumnya Pentakosta atau Pantekosta adalah hari raya besar agama Yahudi yang disebut Shavuot atau festival Oraya.

Kata Pantekosta pertama kali digunakan pada Alkitab terjemahan DR. Hillebrandus Cornelius Klinkert, alkitab ini menggunakan dialek Bahasa Melayu. Klinkert memulai proyek penerjemahan Alkitab bahasa Melayu dengan menerjemahkan 4 buku injil dan dicetak dengan biaya sendiri pada tahun 1861. Sedangkan Perjanjian Baru lengkap dicetak di Semarang pada tahùn 1863 dengan dana dari Lembaga Alkitab Belanda NBG atau Netherlands Bible Society.

Yesaya  Sihombing dalam tulisannya di situs mojok.co mengungkapkan, perbedaan penggunaan istilah Pantekosta dan Pentakosta tersebut, tampaknya disebabkan oleh terjemahan Alkitab yang digunakan pada satu masa tertentu. Kalau kita melihat bagan yang dari situs sabda.org kata “Pantekosta” digunakan pada terjemahan Alkitab versi Klinkert 1879. Keasberry 1853 menggunakan kata “Pantikosta”, sedangkan Keasberry 1866, menggunakan kata “Pentikosta”.

Klinkert 1879, ©SABERMOELA satelah sampai hari Pantekosta adalah mareka-itoe sakalian berhimpoen dengan sahati.

Keasberry 1853, SUBARMULA tutkala sampielah hari Pantikosta, maka adalah sagala marika itu burkampong dalam suatu tumpat dungan satu hati.

Keasberry 1866, SŬBARMULA tŭtkala sampielah hari Pentikosta, maka adalah sagala marika itu bŭrkampong dalam suatu tŭmpat dŭngan satu hati.

Jadi, beda era, beda pula terjemahannya.

Terjemahan Klinkert digunakan oleh gereja-gereja terdahulu, sehingga para pendengar di zaman itu pun menjadi terbiasa dengan penggunaan kata “Pantekosta”. Kebiasaan itu pun pada akhirnya menurun ke generasi-generasi berikutnya. Bahkan, Kamus Poerwadarminta tahun 1980-2000 masih menggunakan kata “Pantekosta”.

Bila ditelisik, kata “Pantekosta” sendiri tidak memiliki arti. Sedangkan kata “Pentakosta” berasal dari bahasa Yunani, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai hari ke-50, yaitu lima puluh hari sesudah Paskah. “Pentakosta” dapat dimaknai sebagai hari raya panen (di bagian alkitab Perjanjian Lama), dan hari turunnya Roh Kudus (di Perjanjian Baru).

Maka, sinode-sinode yang sudah berdiri semenjak digunakannya terjemahan Alkitab versi Klinkert, kebanyakan masih mempertahankan nama “Pantekosta” di label gerejanya. Mereka bukannya tidak sadar tentang “kekeliruan” kata “pantekosta”. Hanya saja, cukup ribet jika harus mengganti label sinode. Harus mengurus berbagai persyaratan administrasi. Selain itu, gereja-gereja yang bernaung di sinode tersebut mau tak mau harus mengganti plang serta segala hal yang berhubungan dengan nama gerejanya.

Jadi kesimpulannya, istilah Pantekosta dan Pentakosta sebetulnya mempunyai makna atau arti yang sama. Hanya saja penyebutannya berbeda dari suatu masa yang berbeda.
Sama halnya dengan istilah Masehi dan Mesias. Keduanya memiliki arti yang sama, tapi berbeda penyebutannya.

Contohnya, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM). Penggunaan kata Masehi adalah istilah lama. Tapi terjemahan baru menyebutkan istilah Mesias. Kata Mesias berasal dari kata Mesiah, bahasa Ibrani yang artinya “Yang diurapi”.

Dengan demikian, tidak perlu mengganti GMIM dengan Gereja Mesias Injili di Minahasa. (*)

Berita Terkait

Top