blank
Ilustrasi. Reka: wied SB.ID

blank

PADA tahun 1999 saat berkunjung di Pekalongan, saya bertemu pengusaha keturunan Arab. Dia memiliki cacat lahir sebagai tunanetra. Karena keterbatasan itu perusahaannya lebih dikendalikan istri dan anak-anaknya.

Sedangkan dia banyak menghabiskan waktunya untuk berzikir dan membaca wirid-wirid yang diyakini mampu melindungi usahanya. Pengusaha ini setiap pagi mengajak istrinya jalan kaki sejauh dua hingga tiga kilometer. Dan saat jalan pagi itu dia sambil membaca Ayat Kursi 170 kali ulangan.

Tentang Ayat Kursi ini banyak diamalkan sebagai sarana perlindungan lahir batin. Dan pengusaha itu mengisahakan, saat, menjelang salat subuh dia dikagetkan oleh tetangganya yang gaduh karena di teras rumahnya tampak ada orang yang sedang tengkurap  dan kedua tangan dan kakinya bergerak seperti sedang berenang.

Orang itu ditengarai akan melakukan tindak kejahatan (mencuri) itu lalu ditangkap para tetangga. Setelah dia sadar dari kondisi “halusinasi”

dia mengaku akan mencuri di rumah itu. Semula dia menganggap dapat beraksi leluasa kareria dia sudah melakukan survei bahwa di rumah itu  hanya ada satu lelaki (tunanetra), istri dan anak perempuannya.

Malam hari ketika pencuri sudah mendekati jendela dan akan mencongkel dengan linggis kecil, mendadak rumah itu berubah seperti samudra, dan untuk menyelamatkan diri, pencuri itu harus berenang. Dan atas kebaikan tuan rumah, pencuri itu dibebaskan.

Bahkan saat pulang ke rumah, dia diberi uang saku untuk berobat, karena saat dia “berenang” itu beberapa bagian tubuhnya  mengalami luka-luka akibat benturan dengan ubin dari cor-coran semen.

Beberapa orang yang memiliki kemampuan memagari suatu lokasi (rumah, kantor, kebun) ada yang menempatkan ilmunya untuk kepentingan pribadi, namun ada beberapa yang secara khusus memanfaatkan untuk melayani oarng lain yang membutuhkan.

Pemagaran atau Siker

Salah satu dari ilmu untuk memagari lokasi dari gangguan tangan-tangan jahil, bisa dengan memanfaatkan amalah hizib, khususnya hizib Ja’far Shadiq, dan ini yang diyakini yang paling kuat untuk urusan menangkal tamu yang “tidak diundang.”

Selain itu hiizib Ja’far Shadiq juga bisa dikombinasi dengan metoda lain, agar dapat memberikan reaksi lebih kuat untuk pemagaran (siker). Dan efek yang ditimbulkan dari hizib itu tergantung kehendak yang melakukan siker.

Karakter dari hizib pada umumnya untuk memengaruhi pikiran dan pandangan orang yang berniat jahat, sehingga suatu lokasi tampak berubah, berubah menjadi samudra, dan orang yang berniat jahat itu harus “berenang” pada hamparan tanah dan bebatuan.

Untuk menguasai hizib Ja’far Shadiq itu dengan berpuasa tiga hari, pada  hari Selasa, Rabu, dan Kamis, dan malam Jumat tidak boleh tidur, dan selama berpuasa, membaca hizib setelah salat lima waktu sebanyak tujuh kali.

Dan setiap malam, selama proses itu puasa dan salat hajat dan membaca hizib enam kali, selanjutnya hizib dibaca setelah salat magrib dan subuh tujuh kali, dan jika akan memagari suatu lokasi, dibaca tujuh kali, dan kalau ingin lebih kuat, terutama jika lokasinya luas dan tingkat kerawanannya.

Selain untuk memagari rumah, kantor, kebun, peternakan, tambak, hizib Ja’far Shodiq berfungsi memagari diri dari gangguan orang yang berniat jahat. Misalnya, pernah sahabat saya saat memagari kebon karet seluas 75 hektar di wilayah Sumatra. Karena kebonnya luas, dia membutuhkan waktu seminggu.

Setelah itu, kebon karet seluas itu normalnya menghasilkan karet 4,5 ton setiap 15 hari. Namun karena banyak tangan jahil yang mengganggu, target 4,5 ton karet itu hilang hampir separo. Artinya, setiap dua minggu, kebon itu merugi hampir Rp.50.000.000.

Pemagaran pada kebon karet itu dapat dilihat hasilnya secara  langsung. Pemagaran yang dilakukan seminggu itu hasilnya dapat dilihat pada minggu kedua, saat penimbangan karet setiap panen dua mingguan. Dan sebelum dipagari hasil karetnya hanya 2,5 ton dan setelah dipagari menjadi 4,5 ton, berarti selama dua minggu itu tidak terjadi pencurian karet.

Selain dengan hizib, pemagaran yang dampaknya hampir sama dengan hizib Ja’far Shodiq. Metodenya dengan sarana empat bambu runcing yang ditanam empat sudut lokasi, dan selama seminggu, setiap malam dibacakan Ayat Kursi 313 (tiga ratus tiga belas) kali lalu ditiupkan pada air putih.

Dan pagi harinya air yang sudah dibacakan doa itu disiramkan pada empat bambu kuning itu dengan cara berjalan ke arah kiri (melawan jarum jam). Bedanya, jika hizib Ja’far Shodik reaksinya menimbulkan gangguan penglihatan berupa samudra.

Sehingga pencurinya tidak dapat keluar dari lokasi dan terserang rasa mengantuk yang kuat sehingga dia tertidur.  Metode ini disebut siker pulut. Menggunakannya harus hati-hati walau terhadap orang yang berniat jahat sekalipun, tetap diperlakukan  secara manusiawi.

Tidak boleh dipukul atau dipertontonkan kepada banyak orang. Bahkan jika perlu diberi sedekah sebagai ganti rugi karena selama terjerat itu dia tidak dapat bekerja.

Bersambung