Pertobatan Ekologis Para Oligarki - Tribun-timur.com

Opini

Pertobatan Ekologis Para Oligarki

Di Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat, banjir dan longsor dan menewaskan puluhan orang.

Editor: Sudirman
Ist
Muhammad Suryadi R, Founder LSAF An-Nahdliyyah & Sekertaris TAKANITRA (Perpustakaan Komunitas Iqra) 

Muhammad Suryadi R

Founder LSAF An-Nahdliyyah & Sekertaris TAKANITRA (Perpustakaan Komunitas Iqra)

RATUSAN ribu ikan mati di Waduk Song May, Dong Nai, Vietnam.

Media setempat menyebutkan penyebabnya adalah gelombang panas ekstrem.

Di Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat, banjir dan longsor dan menewaskan puluhan orang.

Banjir juga terjadi di Uni Emirat Arab, Oman, Arab Saudi, Afganistan yang notabene daerah gurun.

Laporan Copernicus Climate Change Services yang dikutip dari lama resmi Copernicus Climate membenarkan panas bumi mengalami peningkatan dan cuaca ekstrim.

Pemanasan global pada Februari 2023 hingga Januari 2024 mencapai 1,52 Celcius dan melampaui kesepakatan The Paris Agreement yakni 1,5 Celcius.

Bukan rahasia lagi, peningkatan suhu bumi yang terjadi diakibatkan terutama berasal dari aktivitas manusia.

Penggunaan bahan bakar fosil yang amat besar memicu terjadinya pelepasan gas emisi yang berdampak pada memanasnya bumi.

Samantha Burges, Wakil Direktur Copernicus Climate Change Services, mengatakan bahwa satu-satunya cara mengurangi kenaikan suhu global adalah menekan kenaikan gas emisi.

Fenomena yang kita lihat belakangan ini adalah rangkaian bencana ekologis yang menjadi bencana tragis dan mengingatkan penduduk bumi agar menyudahi kebiasaan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Vanessa Kerry, CEO Seed Global Health dalam World Economic Forum (WEF) di Swiss Januari lalu mengatakan bahwa perubahan iklim berakibat besar pada kehancuran ekonomi dan penderitaan dan lingkaran penyakit yang tak berujung.

Kehancuran ekonomi dan penderitaan yang akan terjadi diperkuat oleh laporan WEF yang memprediksi akan terjadi 14,5 juta kematian dan kerugian ekonomi terbesar sebanyak 12,5 triliun dollar AS akan dirasakan oleh warga dunia apabila tren perubahan iklim terus berlanjut hingga 2050.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved