Sejarah Haji, Ziarah ke Makkah - Murianews.com

Kamis, 30 Mei 2024

Sejarah Haji, Ziarah ke Makkah

Budi Santoso
Selasa, 14 Mei 2024 06:50:00
Ritual Ibadah Haji di tanah suci, Makkah.(Istimewa/Kemenag RI)

Murianews, Kudus – Musim haji 2024 telah dimulai pada pekan ini. Jamaah Calon Haji Indonesia dan dunia sudah mulai berangkat ke tanah suci. Ritual bagi jutaan muslim sedunia ini segera berlangsung.

Disadur dari berbagai literatur, sejarah Haji disebutkan dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim. Dibentuknya ritus haji islam oleh Nabi Muhammad SAW, membuat haji berlangsung hingga saat ini.

Jutaan umat Islam dari seluruh dunia melakukan ziarah mereka setiap tahunnya. Dalam tradisi Islam, ziarah ke Makkah diperkenalkan di masa Nabi Ibrahim, ketika atas perintah Allah, membangun Ka'bah yang menjadi tujuan ziarah.

Pola haji Islam yang berlangsung hingga saat ini didirikan oleh Nabi Muhammad, sekitar tahun 632 M. Pola ini mereformasi praktik ziarah pra-Islam yang dilakukan orang-orang Arab Pagan saat itu.

Selama abad pertengahan, peziarah akan berkumpul di kota-kota besar seperti Basra, Damaskus, dan Kairo, sebelum pergi ke Makkah. Mereka berkelompok dengan menggunakan karavan yang terdiri dari puluhan ribu peziarah.

Dalam sejarah haji yang cukup panjang, suku-suku nomaden padang pasir- yang dikenal sebagai Badui - telah menjadi isu keamanan paling serius saat itu. Isu ini selalu menjadi perhatian besar bagi kafilah haji.

Namun lebih dari itu, dari sejarah panjang haji, juga memberi kesempatan bagi para peziarah dan pedagang berinteraksi. Sehingga aktivitas perdagangan baik dalam perjalanan maupun di Makkah, Damaskus, dan Kairo menimbulkan dampak ekonomi.

Seperti diriwayatkan di dalam ajaran Islam, atas perintah Allah, Nabi Ibrahim disebutkan meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Isma'il sendirian di padang pasir Makkah kuno. Mereka ditinggalkan dengan sedikit makanan dan air yang akan segera tak bersisa.

Untuk mencari air, Hajar dengan putus asa berlari tujuh kali di antara dua bukit Shofa dan Marwah, tapi tidak menemukannya. Kembali dalam keputusasaan, Hajar kembali mendatangi Ismail yang ditinggalkannya.

Saat itu Hajar melihat bayinya sedang menggaruk tanah dengan kakinya. Air mancur keluar dari bagian itu. Inilah sumber air yang saat ini dikenal sebagai sumur Zam-Zam.

Munculnya sumber air (Zam-Zam), pada akhirnya membuat Makkah mulai dihuni suku-suku padang pasir sekitarnya. Jurhum menjadi suku pertama yang datang dan mulai menetap.

Sejak saat itu, Makkah kemudian berkembang, menjadi pemukiman, kampung, dan akhirnya menjadi kota. Ketika dewasa, Ismail menikah dengan wanita dari suku yang menetap dan tinggal bersama mereka.

Selanjutnya, seperti disebutkan dalam Al-Quran Ibrahim dan anaknya Ismail, membangun fondasi sebuah rumah. Bangunan inilah yang kelak kemudian dikenal sebagai Ka’bah.

Setelah menempatkan Batu Hitam di sudut timur Ka'bah, Ibrahim menerima sebuah wahyu dari Allah. Ibrahim yang sudah berusia lanjut, diperintahkan pergi untuk mengumumkan agar umat manusia melakukan ziarah ke Ka’bah yang berada di Makkah.

Ulama Islam Shibli Nomani, seperti dilansir dari Wikipedia, menyebutkan, ’rumah’ yang di bangun oleh Ibrahim tingginya 27 kaki, panjang 96 kaki, dan lebar 66 kaki. Saat itu bangsa Arab belum mengenal Islam, dan merupakan pemuja berhala.

Sehingga Ka’bah menjadi pusat pemujaan mereka dalam waktu yang cukup lama. Selama musim ziarah tahunan, orang-orang dari dalam dan luar Makkah, akan mengunjungi Ka'bah.

Suku Quraisy bertugas menghibur dan melayani para peziarah. Shibli Nomani menyebutkan bahwa orang-orang Arab Pagan memperkenalkan beberapa ritus suci selama ziarah mereka.

Tidak seperti ibadah Haji hari ini, mereka tidak berjalan di antara perbukitan Shofa dan Marwah. Mereka juga tidak berkumpul di padang Arafah. Beberapa dari mereka menjaga keheningan selama seluruh perjalanan ziarah.

Kecuali orang-orang dari suku Quraisy, yang lain akan tampil tawaf dalam keadaan telanjang. Ritual-ritual sesat inilah yang akhirnya dirubah oleh Nabi Muhammad SAW.

Selama tahun-tahun awal kenabiannya, Muhammad terus menerus memberikan khotbah kepada orang-orang asing yang datang ke Makkah untuk berziarah. Perlahan, Nabi Muhammad merubah ritual-ritual itu.

Pola Haji yang dikenal hingga saat ini, didirikan oleh nabi Muhammad yang melakukan reformasi terhadap ritual ziarah pra-Islam orang-orang Arab. Sejak Makkah ditaklukkan oleh umat Islam di 630 M, Nabi Muhammad kemudian membersihkan Ka'bah.

Semua berhala yang berada di dalam Ka’bah dihancurkan, dan kembali menahbiskan bangunan tersebut kepada Allah. Enam tahun selanjutnya, Abu Bakar memimpin 300 orang Muslim untuk berziarah di Makkah.

Saat itu Sayidina Ali menyampaikan sebuah khotbah yang untuk pertama kalinya menetapkan ritus baru haji. Ritus ini membatalkan ritual-ritual sesat yang sebelumnya dilakukan orang-orang Arab Pagan.

Sayidina Ali menyatakan tidak ada orang yang tidak beriman, kafir, dan telanjang yang diizinkan untuk mengelilingi Ka'bah. Sejak itu, ritus haji Islam telah ditetapkan.

Pada tahun 632 M, sebelum wafat, Muhammad SAW melakukan ibadah haji satu-satunya dan terakhir yang dilakukannya. Nabi melakukannya dengan sejumlah besar pengikutnya.

Pada kesempatan itu, Nabi Muhhamad mengajarkan mereka ritus haji dan tatakramanya. Di padang Arafah, dia menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan Ibadah Haji, dan sejak itu Haji menjadi salah satu dari Lima Rukun Islam.

Komentar

Edukasi Terkini

Terpopuler